Drootan – Zero Waste – Daya konsumsi masyarakat di seluruh dunia yang tidak ada habisnya menimbulkan satu permasalahan baru bagi lingkungan. Terutama masalah sampah yang sulit terurai. Tumpukan sampah di Tempat Pembungan Sampah Terpadu (TPST) kini sudah bukan lagi berupa tumpukan yang menggunung. Melainkan menyerupai lautan sampah yang volumenya kian hari kian bertambah.
Salah satu Tempat Pembungan Sampah Terpadu (TPST) yang terletak di Bekasi, Jawa Barat, yaitu Bantargebang diklaim sudah over kapasitas. Unit Pengelola Sampah Terpadu (UPST) Bantargebang menyebutkan bahwa ketinggian sampah di area seluas 104 hektar tersebut mencapai 50 meter. Sementara jumlah sampah perhari mencapai 7.400 ton.
Lautan sampah di Bantargebang dan sedikitnya teknologi pengolahan sampah yang dimiliki Indonesia menyebabkan Bantargebang disebut sebagai tempat sampah terbesar di dunia. Hal memprihatinkan tersebut tidak hanya menyita perhatian masyarakat di Indonesia, tatpi juga seluruh masyarakat di dunia.
Meskipun Pemerintah Kota DKI Jakarta melakukan beberapa kerjasama dan penambahan fasilitas di Bantargebang, peran masyarakat dalam mengurangi volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) daerah masing-masing juga sangat diperlukan. Kesadaran masyarakat terhadap keberadaan sampah dapat menyelamatkan bumi dari beragam pencemaran yang ditimbulkan olehnya. Salah satunya dengan menerapkan gaya hidup zero waste.
Baca juga: Peluang Usaha Kerajinan Rotan
Apa itu Zero Waste?
Zero waste merupakan sebuah gaya hidup yang mendorong manusia untuk bijak dalam mengonsumsi dan memaksimalkan siklus hidup sumber daya sehingga produk dapat digunakan kembali. Saat ini, masyarakat cenderung hidup dalam ekonomi linier. Artinya, sumber daya alam yang dikelola menghasilkan limbah yang tidak dapat didaur ulang atau digunakan kembali. Akibatnya, timbunan sampah melonjak.
Melalui gerakan zero waste, manusia bisa lebih bijak dalam mengelola barang yang dikonsumsinya dengan menerapkan metode 5R, yaitu Refuse (menolak), Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang), dan Rot (membusukkan sampah). Kesadaran 5R akan mendorong masyarakat untuk berpikir dua kali saat menggunakan produk-produk sekali pakai. Terutama dalam penggunaan plastik.
Penerapan 5R dalam gaya hidup zero waste juga dapat menjadi tantangan bagi masyarakat untuk mengevaluasi gaya hidup mereka. Sudahkan barang-barang yang kita konsumsi berdampak positif bagi lingkungan? Pertanyaan tersebut akan menjadi salah satu persoalan yang perlu dipertimbangkan saat mengonsumsi sesuatu.
Baca juga: Tak hanya Unik, Simak 9 Keunggulan Produk Rotan!
Kedepannya, gaya hidup zero waste diharapkan dapat menekan volume sampah dan menciptakan rasa bijak dalam mengonsumsi sumber daya alam. Dengan begitu, pengelolaan sampah menggunakan teknologi yang mumpuni bukanlah satu-satunya solusi untuk menyelamatkan bumi dari pencemaran. Manusia bisa memulainya dari sekarang dengan menumbuhkan kesadaran dalam pribadi masing-masing untuk mencoba, membiasakan, dan membudayakan gaya hidup zero waste.
Zero waste bukan semata-mata tidak menghasilkan sampah atau tidak menggunakan plastik. Zero waste merupakan upaya membentuk kesadaran untuk bersikap bijak dalam mengonsumsi sesuatu dan meninjau dampak dari penggunaan barang tersebut bagi kelestarian lingkungan. Karena merupakan gaya hidup, zero waste bukanlah suatu tujuan, melainkan suatu proses. Proses berkepanjangan itu dapat dimulai dari lingkungan di sekitar anda, misalnya rumah tempat keluarga bertumbuh. Tanamkan kesadaran zero waste kepada anak-anak dan keluarga terdekat dengan mengonsumsi barang-barang yang berdampak baik bagi lingkungan. [ahd]